Oleh : Rina Susilowati (09301241050)
Filsafat pendidikan
matematika merupakan gabungan dari filsafat dan pendidikan matematika. Filsafat
itu sendiri berarti olah pikir yang reflektif sehingga kita mengungkapkan
kembali apa yang telah kita peroleh dengan kalimat sendiri. Filsafat tersebut
meniru terminology dunia sebab dengan kata-kata dunia kita bisa menaruhnya di
depan apapun. Jadi, filsafat dapat ditaruh di depan apapun, seperti filsafat
manusia, filsafat agama, filsafat Tuhan, filsafat matematika, filsafat pendidikan,
dan lain-lain.
Seperti yang telah kita
ketahui bahwa filsafat merupakan olah pikir, sehingga kita dapat memikirkan
apapun, meskipun hal itu terbatas. Filsafat merupakan ilmu yang multi…, artinya
dekat dengan diri tapi bisa juga jauh, bisa ringan dan bisa berat, bisa
menghibur dan bisa berbahaya. Jadi, filsafat dapat didefinisikan dalam beberapa
hal, hal ekstrimnya ialah apa aja.
Kita mempelajari
tentang filsafat, berarti mempelajari tentang adat atau tata cara. Orang yang
memperhatikan tata cara disebut orang yang beradab, sedangkan lawannya yaitu
biadab. Dalam perkuliahan filsafat ini kita sedang mencari tata cara. Adab atau
tata cara berfilsafat antara lain :
1. Kedudukan
filsafat dikaitkan dengan spiritual atau hubungan antara berdoa dengan pikiran
Filsafat itu letaknya tinggi, namun
setinggi-tingginya filsafat tidak boleh melebihi spiritual atau keyakinan. Hal
ini sangatlah utama sehingga tidak boleh dilanggar. Jadi, janganlah
mencoba-coba mengungkap misteri Tuhan tak terbatas dan ada kecenderungan
melemahkan keyakinan. Sebelum dan sesudah mempelajari filsafat kita perlu untuk
berdoa, memohon petunjuk dari Tuhan. Hal yang perlu juga untuk kita ingat ialah
satu langkah berfilsafat atau berpikir itu sebanding dengan sepuluh kali
berdoa, sehingga filsafat itu tetap tidak akan melebihi spiritual. Selain itu,
jika kita hanya menggunakan filsafat maka kita tidak akan mengerti seluk beluk
hati, termasuk cinta, karena sehebat-hebat pikiran tidak akan pernah tuntas
menjelaskan tentang cinta.
2. Filsafat
itu hidup
Filsafat itu hidup sehingga cara
mempelajarinya menggunakan metode hidup, yaitu pelajari, catat segala ciptaan
Tuhan, pelajari bagaimana bisa menghidupkan tanaman, manusia, dan lain-lain.
Filsafat itu seperti hidup, sebab ada hidup yang sehat dan tidak sehat, hidup bahagia
dan susah. Hidup yang tidak sehat yaitu sakit, contohnya tergesa-gesa,
terpaksa, memaksa, sakit badan. Hidup yang sehat itu orangnya beradab, artinya berusaha
mengenal tata cara dan sopan santun. Jika kita sedang risau maka berdoa kepada
Tuhan dan mohon petunjuk-Nya. Hidup yang sehat secara filsafat yaitu hidup yang
harmonis, yang seimbang antara unsur-unsurnya. Contoh: seimbang antara
kemampuan dan kegiatan membeli. Jika ingin hidup bahagia maka harus seimbang
dan harmonis, namun tidak hanya diam saja. Diam itu tidak seimbang karena
tumbuhnya adalah tumbuh ikhtiar, usaha, dan keikhlasan menerima di dalam
ikhtiar yang mengerti aturan-aturan dalam kerangka spiritualnya. Orang yang hanya memikirkan
dunia atau akhirat saja juga tidak imbang. Hidup yang sehat merupakan hidup
yang indah.
Bahasa yang digunakan dalam
filsafat adalah analog, lebih dari sekedar kiasan. Contoh: kita menyebut hati,
itu dapat berarti spiritual, agama, keyakinan. Kemudian jika kita membicarakan
tentang pikiran maka itu berarti urusan manusia, urusan dunia yang tampak.
Obyek filsafat yaitu apa yang
dipelajari dalam filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada ialah
obyek yang dapat dilihat, diraba dan dipikirkan. Sedangkan yang mungkin ada
ialah yang belum diketahui. Namun jika obyek tersebut telah diungkapkan maka
ada karena telah ada di pikiran.
Metode hidup itu belajar dari kata
filsafat yaitu ada referensinya. Jika dinaikkan maka menjadi spiritual (ada
kitab suci), jika diturunkan menjadi ilmu bidang (ada buku pintar) dan jika diturunkan
lagi menjadi kegiatan (ada teknik). Metode berfilsafat ada kaitannya dengan
pikiran yang disebut “terjemah dan diterjemahkan” (hermenitika) artinya
berinteraksi yang reflektif. Kata hermin tersebut berasal dari Yunani Kuno.
Pada masa sebelum orang mengenal agama, Dewa Hermin dipercaya oleh orang Yunani
Kuno sebagai dewa yang dianggap mengerti bisikan Tuhan yang kemudian
menyampaikannya kepada orang-orang tersebut.
Segala hal di dunia ini
berinteraksi dengan yang lain, seperti tanaman, batu berinteraksi dengan udara,
air dan lain-lain. Interaksi pada kuliah dengan cara membaca elegi-elegi dalam
blog powermathematics.blogspot.com, membuat komentar, membaca sejarah
perkembangan filsafat di Wikipedia. Di akhir refleksi dibuat pertanyaan,
minimal satu. Jadi, jangan berpikir bahwa hanya menerima kuliah dengan pikiran
terbuka tanpa melakukan apapun.
3. Kejernihan
memandang
Dalam berfilsafat, pikiran kita
harus jernih. Agar berpikir jernih maka badannya harus bersih, yaitu tidak
sedang ngantuk, menahan sakit, gelisah dan lain-lain. Dalam filsafat, hal
tersebut adalah pure, tidak ada kebencian dan yang perlu dilakukan sebelum
berfilsafat adalah berdoa agar tidak sesat.
4. Dimulai
dengan pertanyaan
Berfilsafat dimulai dengan pertanyaan,
yaitu kekaguman akan hal-hal yang kecil, seperti apa hakekat suara burung,
bagaimana dua ekor cicak bercinta, penderitaan seekor semut. Berfilsafat itu harus
mampu berangkat dari hal yang sepele, yang dianggap oleh orang itu tidak
penting.
Manfaat kita
mempelajari filsafat yaitu seperti manfaat berpikir, sehingga sangatlah
penting. Filsafat itu berarti memahami, ada dua macam yaitu jika yang
dipikirkan adalah orang lain maka bagaimana mampu memahaminya, sedangkan
memahami diri sendiri itu sulit dan jika yang dipikirkan adalah tentang diri
sendiri maka pertanyaannya bagaimana mampu menjelaskannya kepada orang lain. Selanjutnya,
kaitan filsafat dengan pendidikan matematika adalah sama-sama dipikirkan. Keyakinan
diri seseorang mempengaruhi orang dalam berfilsafat karena itu merupakan
berpikir, sehingga pola berpikir hendaknya diwarnai oleh keyakinan.
Dalam berfilsafat itu
dimulai dengan hal yang sepele. Cirri-ciri pertanyaan filsafat adalah
menggunakan kata “mengapa”. Contoh: mengapa diriku perempuan. Hal lainnya yang
perlu ditanyakan adalah hakekat dari sesuatu. Contoh: apa hakekat kehilangan.
Hakekat kehilangan adalah terlepasnya kuasamu atas obyek yang dimaksud, tidak
kuasa lagi menggunakannya. Namun, suatu definisi itu belumlah cukup, tergantung
pada konteksnya, per dimensi. Selain itu, berfilsafat berawal dari kekaguman.
Namun, kagum tidak memikirkan itu mitos. Sedangkan filsafat merupakan lawan
dari mitos, karena mencari logos. Seorang anak belajar dengan mitos, karena ia
tidak mengerti tapi melaksanakannya.
0 comments:
Post a Comment