topbella

Saturday, 6 October 2012

ADAB BERFILSAFAT


Oleh : Rina Susilowati (09301241050)

Filsafat pendidikan matematika merupakan gabungan dari filsafat dan pendidikan matematika. Filsafat itu sendiri berarti olah pikir yang reflektif sehingga kita mengungkapkan kembali apa yang telah kita peroleh dengan kalimat sendiri. Filsafat tersebut meniru terminology dunia sebab dengan kata-kata dunia kita bisa menaruhnya di depan apapun. Jadi, filsafat dapat ditaruh di depan apapun, seperti filsafat manusia, filsafat agama, filsafat Tuhan, filsafat matematika, filsafat pendidikan, dan lain-lain.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa filsafat merupakan olah pikir, sehingga kita dapat memikirkan apapun, meskipun hal itu terbatas. Filsafat merupakan ilmu yang multi…, artinya dekat dengan diri tapi bisa juga jauh, bisa ringan dan bisa berat, bisa menghibur dan bisa berbahaya. Jadi, filsafat dapat didefinisikan dalam beberapa hal, hal ekstrimnya ialah apa aja.
Kita mempelajari tentang filsafat, berarti mempelajari tentang adat atau tata cara. Orang yang memperhatikan tata cara disebut orang yang beradab, sedangkan lawannya yaitu biadab. Dalam perkuliahan filsafat ini kita sedang mencari tata cara. Adab atau tata cara berfilsafat antara lain :
1.      Kedudukan filsafat dikaitkan dengan spiritual atau hubungan antara berdoa dengan pikiran
Filsafat itu letaknya tinggi, namun setinggi-tingginya filsafat tidak boleh melebihi spiritual atau keyakinan. Hal ini sangatlah utama sehingga tidak boleh dilanggar. Jadi, janganlah mencoba-coba mengungkap misteri Tuhan tak terbatas dan ada kecenderungan melemahkan keyakinan. Sebelum dan sesudah mempelajari filsafat kita perlu untuk berdoa, memohon petunjuk dari Tuhan. Hal yang perlu juga untuk kita ingat ialah satu langkah berfilsafat atau berpikir itu sebanding dengan sepuluh kali berdoa, sehingga filsafat itu tetap tidak akan melebihi spiritual. Selain itu, jika kita hanya menggunakan filsafat maka kita tidak akan mengerti seluk beluk hati, termasuk cinta, karena sehebat-hebat pikiran tidak akan pernah tuntas menjelaskan tentang cinta.


2.      Filsafat itu hidup
Filsafat itu hidup sehingga cara mempelajarinya menggunakan metode hidup, yaitu pelajari, catat segala ciptaan Tuhan, pelajari bagaimana bisa menghidupkan tanaman, manusia, dan lain-lain. Filsafat itu seperti hidup, sebab ada hidup yang sehat dan tidak sehat, hidup bahagia dan susah. Hidup yang tidak sehat yaitu sakit, contohnya tergesa-gesa, terpaksa, memaksa, sakit badan. Hidup yang sehat itu orangnya beradab, artinya berusaha mengenal tata cara dan sopan santun. Jika kita sedang risau maka berdoa kepada Tuhan dan mohon petunjuk-Nya. Hidup yang sehat secara filsafat yaitu hidup yang harmonis, yang seimbang antara unsur-unsurnya. Contoh: seimbang antara kemampuan dan kegiatan membeli. Jika ingin hidup bahagia maka harus seimbang dan harmonis, namun tidak hanya diam saja. Diam itu tidak seimbang karena tumbuhnya adalah tumbuh ikhtiar, usaha, dan keikhlasan menerima di dalam ikhtiar yang mengerti aturan-aturan dalam kerangka  spiritualnya. Orang yang hanya memikirkan dunia atau akhirat saja juga tidak imbang. Hidup yang sehat merupakan hidup yang indah.
Bahasa yang digunakan dalam filsafat adalah analog, lebih dari sekedar kiasan. Contoh: kita menyebut hati, itu dapat berarti spiritual, agama, keyakinan. Kemudian jika kita membicarakan tentang pikiran maka itu berarti urusan manusia, urusan dunia yang tampak.
Obyek filsafat yaitu apa yang dipelajari dalam filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada ialah obyek yang dapat dilihat, diraba dan dipikirkan. Sedangkan yang mungkin ada ialah yang belum diketahui. Namun jika obyek tersebut telah diungkapkan maka ada karena telah ada di pikiran.
Metode hidup itu belajar dari kata filsafat yaitu ada referensinya. Jika dinaikkan maka menjadi spiritual (ada kitab suci), jika diturunkan menjadi ilmu bidang (ada buku pintar) dan jika diturunkan lagi menjadi kegiatan (ada teknik). Metode berfilsafat ada kaitannya dengan pikiran yang disebut “terjemah dan diterjemahkan” (hermenitika) artinya berinteraksi yang reflektif. Kata hermin tersebut berasal dari Yunani Kuno. Pada masa sebelum orang mengenal agama, Dewa Hermin dipercaya oleh orang Yunani Kuno sebagai dewa yang dianggap mengerti bisikan Tuhan yang kemudian menyampaikannya kepada orang-orang tersebut.
Segala hal di dunia ini berinteraksi dengan yang lain, seperti tanaman, batu berinteraksi dengan udara, air dan lain-lain. Interaksi pada kuliah dengan cara membaca elegi-elegi dalam blog powermathematics.blogspot.com, membuat komentar, membaca sejarah perkembangan filsafat di Wikipedia. Di akhir refleksi dibuat pertanyaan, minimal satu. Jadi, jangan berpikir bahwa hanya menerima kuliah dengan pikiran terbuka tanpa melakukan apapun.
3.      Kejernihan memandang
Dalam berfilsafat, pikiran kita harus jernih. Agar berpikir jernih maka badannya harus bersih, yaitu tidak sedang ngantuk, menahan sakit, gelisah dan lain-lain. Dalam filsafat, hal tersebut adalah pure, tidak ada kebencian dan yang perlu dilakukan sebelum berfilsafat adalah berdoa agar tidak sesat.
4.      Dimulai dengan pertanyaan
Berfilsafat dimulai dengan pertanyaan, yaitu kekaguman akan hal-hal yang kecil, seperti apa hakekat suara burung, bagaimana dua ekor cicak bercinta, penderitaan seekor semut. Berfilsafat itu harus mampu berangkat dari hal yang sepele, yang dianggap oleh orang itu tidak penting.
Manfaat kita mempelajari filsafat yaitu seperti manfaat berpikir, sehingga sangatlah penting. Filsafat itu berarti memahami, ada dua macam yaitu jika yang dipikirkan adalah orang lain maka bagaimana mampu memahaminya, sedangkan memahami diri sendiri itu sulit dan jika yang dipikirkan adalah tentang diri sendiri maka pertanyaannya bagaimana mampu menjelaskannya kepada orang lain. Selanjutnya, kaitan filsafat dengan pendidikan matematika adalah sama-sama dipikirkan. Keyakinan diri seseorang mempengaruhi orang dalam berfilsafat karena itu merupakan berpikir, sehingga pola berpikir hendaknya diwarnai oleh keyakinan.
Dalam berfilsafat itu dimulai dengan hal yang sepele. Cirri-ciri pertanyaan filsafat adalah menggunakan kata “mengapa”. Contoh: mengapa diriku perempuan. Hal lainnya yang perlu ditanyakan adalah hakekat dari sesuatu. Contoh: apa hakekat kehilangan. Hakekat kehilangan adalah terlepasnya kuasamu atas obyek yang dimaksud, tidak kuasa lagi menggunakannya. Namun, suatu definisi itu belumlah cukup, tergantung pada konteksnya, per dimensi. Selain itu, berfilsafat berawal dari kekaguman. Namun, kagum tidak memikirkan itu mitos. Sedangkan filsafat merupakan lawan dari mitos, karena mencari logos. Seorang anak belajar dengan mitos, karena ia tidak mengerti tapi melaksanakannya.

0 comments:

Post a Comment

Entri Populer

About Me

My Photo
Rina Susilowati
purple girl........
View my complete profile