Oleh :
Rina Susilowati (09301241050)
Ini merupakan refleksi dari
perkuliahan filsafat pada hari Senin, 12 November 2012. Berfilsafat itu
merupakan kegiatan olah piker dalam arti sendiri, maupun bersama-sama, ada olah
piker pikiran Indonesia, olah piker pikiran bangsa-bangsa, olah piker dunia,
dan lain-lain. Dalam berfilsafat itu kita harus menggunakan referensi yaitu
pikiran para biksu. Jadi, kita harus banyak membaca pemikiran para biksu,
buku-buku tentang karyanya yang telah ada.
Macam-macam filsafat
bergantung pada obyeknya yang ada dan mungkin ada. Kemudian kita melihat
macam-macam filsafat itu jika obyeknya mungkin bisa dipersempit. Orang-orang
jaman dulu berpikir bahwa sesuatu itu terbuat dari apa, contohnya bumi terbuat
dari apa, sehingga filsafat orang dulu adalah filsafat alam. Jika obyeknya
tentang diri manusia maka filsafatnya adalah filsafat manusia, yang kemudian
kita memikirkan lokasi dari manusia tersebut. Contohnya manusia itu di pulau
Jawa maka filsafatnya adalah filsafat manusia Jawa. Macam filsafat yang lain
adalah jika obyeknya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual maka
filsafat spiritual atau teologi.
Secara professional,
macam filsafat dapat dilihat lebih rinci mengenai lokasi obyek tersebut, dimana
yang kita pikirkan, maka berfilsafat itu membagi menjadi dua macam yaitu obyek
yang dalam pikiran dan obyek di luar pikiran. Obyek yang di luar pikiran itu
merupakan hal yang dapat dilihat, didengar ataupun diraba. Sedangkan obyek yang
di dalam pikiran juga memiliki sifat-sifat tersendiri. Ketika kita memejamkan
mata, maka kita memasukkan obyek ke dalam pikiran. Contoh : handphone. Ketika kita
dapat melihat handphone maka obyek tersebut ada di luar pikiran, sedangkan
ketika memejamkan mata dan masih mengingat handphone maka obyek tersebut
berubah ada di dalam pikiran. Obyek yang dalam pikiran bersifat ideal dan
tetap, yaitu yang benar menurut ilmu. Obyek pikir yang di dalam pikiran
menghasilkan filsafat idealism. Tokoh filsafat idealism adalah Plato. Obyek yang
di luar pikiran bersifat tidak tetap dan tokohnya adalah Aristoteles. Obyek pikir
yang di luar pikiran itu menghasilkan filsafat realism.
Selanjutnya, macam
filsafat berdasarkan pada banyaknya obyek dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
monoisme, dualism, dan pluralism. Filsafat monoisme merupakan filsafat yang
menganggap bahwa hanya ada satu yang benar yaitu kausa prima (Tuhan). Filsafat dualism
ialah yang benar dua, sedangkan pluralism yaitu yang benar banyak. Macam-macam
filsafat itu sebenarnya berdasarkan pada dimana, karakteristik dari obyek
tersebut hingga sampai pada sejarah perkembangannya hingga filsafat modern atau
filsafat kontemporer.
Obyek filsafat adalah
sesuatu yang ada dan mungkin ada. Obyek tersebut merupakan urusan manusia. Ia mempunyai
keterbatasan dalam olah pikir dan merupakan rahmat dari Tuhan sehingga manusia
tidak sempurna. Manfaat dari ketidaksempurnaan itu ialah kita dapat membedakan.
Contoh: kita tidak dapat hidup di air secara terus menerus karena kita dapat
membedakan darat dan air, yang mana kehidupan kita. Segala hal yang ada dan
mungkin ada sebenarnya membawa rahmat kepada kita jika mampu menggalinya dengan
baik. Oleh karena itu, rasa syukur terus menerus saja masih kurang. Rasa syukur
itu harus menjadi bagian dari kehidupan atau aktifitas sehari-hari, sehingga
kita harus tahu bagaimana meningkatkan spiritual.
Penerapan rasa syukur
kita akan rahmat Tuhan berkaitan dengan keterbatasan manusia dalam memikirkan
dimensi ruang dan waktu. Menembus ruang dan waktu jika dibayangkan hanya
manusia super atau manusia luar biasa yang dapat melakukannya. Tetapi pengertian
dari menembus ruang dan waktu adalah mengalami perubahan. Ketika belajar
filsafat, kita belajar secara professional yaitu secara intensif dan ekstensif.
Kita harus memahami pikiran para biksu kemudian kita hubungkan atau kita korenspondensikan
dengan pengalaman kita, sehingga upaya menembus ruang dan waktu itu berdimensi.
Pertanyaan yang muncul adalah: Siapakah yang disebut ruang dan waktu? subyeknya
siapa? siapakah dirimu? Kita mempunyai dimensi waktu. Menurut Immanuel Kant,
ada tiga yaitu obyek yang ......................, obyek yang berkelanjutan dan obyek
yang …………..… . Selanjutnya, mengenai dimensi ruang. Dimensi ruang tersebut
adalah dimensi nol, dimensi satu, dimensi dua, dan seterusnya, tergantung kita
memberikan nomor. Hal tersebut merupakan teori atau aksioma saja. Dalam kenyataannya
yang sedang ditempati adalah ruang. Contohnya ruang terbuka, ruang tertutup,
ruang dosen, dan lain-lain. Jika dikembangkan dengan bahasa analog, ruang
adalah pikiran yang meliputi ada dan mungkin ada. Jadi ruang itu terdiri dari
wadah dan isinya dimana yang ada dan mungkin ada itu meliputi wadah dan isinya.
Tanpa wadah kita tidak dapat menemukan isi dan tanpa isi kita tidak dapat
menemukan wadah. Untuk mengetahui ruang itu kita harus mengetahui waktu, begitu
sebaliknya karena sebenar-benarnya waktu dan sebenar-benarya ruang itu tidak
ada, hanya ada dalam pikiran. Hal ini merupakan intuisi, bukan definisi. Kita mempunyai
ruang, contohnya ruang imajiner, tergantung kita memberikan nama. Ruang terdiri
dari empat, yaitu material, formal, normatif, dan spiritual. Material merupakan
bentuk fisiknya, formal yaitu yang ditulis secara resmi dan normative adalah
ilmu atau tata kramanya. Orang yang berilmu adalah orang yang mengetahui ruang
dan waktu sesuai dengan tempatnya. Jika ada orang yang berkhutbah dimana-mana
tanpa tahu tempatnya maka ia merupakan orang gila.
Kita sebagai manusia
dapat menciptakan ruang sendiri. Kita dapat memahami ruang dimensi satu, dua
karena sebagai orang dewasa, kita menggunakan intuisi sedangkan anak-anak
menggunakan definisi sehingga tidak dapat memahaminya. Kita juga dapat memahami
ruang dimensi satu karena kita mempunyai ruang dimensi dua, memahami ruang dimensi
dua karena mempunyai ruang dimensi tiga dan seterusnya. Secara umum, ruang dimensi tiga merupakan bangun
ruang, dimensi dua merupakan bangun datar, maka kita dapat membayangkan ruang
dimensi satu, empat dan sebagainya. Orang matematika dapat memahami hingga ruang
dimensi-n karena mereka menggunakan intuisi. Kemudian dikembangkan lagi sehingga
kita mempunyai ruang kaum kapitalis, dimana hierarki dari bawah yaitu : ruang
archaik, tribal, tradisional, teodal, modern, pos modern dan pos pos modern
atau kapitalis.
Orang yang berilmu
dalam pendidikan matematika ialah orang yang sopan santun terhadap apa yang
mungkin ada di dalam pendidikan matematika, mengerti, memahami, mengamalkan dan
direfleksikan. Belajar filsafat analog dengan belajar ilmu yang lain. Ketika belajar
kita berhadapan dengan visi kita, yaitu menempatkan spiritual di paling atas,
tiada dalam kehidupan ini terbebas dari unsure spiritual karena merupakan
pendirian kita. Namun di sisi lain kita juga harus menghadapi gejolak dunia,
dimana pengaruh “power of now” sangat besar dengan tombaknya yaitu kapitalisme,
utilitarian, pragmatism dan hedonisme.
·
Kapitalisme : pandangan mengenai segala
sesuatu diukur dari laju ekonomi. Keberhasilan seseorang diukur dari
keberhasilanya dalam ekonomi.
·
Utilitarian : pandangan mengenai segala
sesuatu itu diukur dari manfaatnya. Jadi ketika melakukan suatu hal maka kita
harus apakah hal tersebut bermanfaat atau tidak. Contohnya Amerika yang
menyerang Pakistan.
·
Pragmatism : hakekat budaya hidup cepat,
praktis, tidak bertele-tele.
·
Hedonism : pandangan hidup yang
menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari atau mengejar
kebahagian dan rasa senang, hanya mengejar kenikmatan dunia, lupa pada norma
agama. Rasa senang itu bisa diperoleh jika menemukan sesuatu yang baru. Hedonism
ini merupakan limbah dari kapitalisme. Contoh : perkawinan dan pernikahan dalam
dunia Barat.
Dalam perkembangan
global ini, kita menemukan system dimana system tersebut tidak sesuai dengan
diri kita, maka itulah dajal. Oleh karena itu sangatlah penting orang harus
beragama. Dunia yang diciptakan oleh power
of now sangat luar biasa, meskipun mereka menaruh agama di tengah karena
yang favorit adalah power of now. Contoh
pengaruhnya dalam kehidupan kita adalah adanya handphone, kita tidak dapat
menghindarinya. Seperti halnya siang dan malam, kita tidak dapat memisahkanya,
kapan siang dan kapan malam. Itulah tantangan kita, sehingga harus waspada.
Pertanyaan yang masih
belum terjawab adalah siapakah dirimu? Diri kita ini tergantung ruangnya. Jika material
maka fisiknya seperti kaki, tangan, punggung, dan lain-lain, jika formalnya
maka tulisan, ijazah, jika normative maka ilmunya dan spiritual adalah amal
ibadahnya. Jadi menembus ruang dan waktu itu tergantung material, formal, normative
dan spiritualnya. Sebuah batu juga mengalami ruang dan waktu walaupun tidak
mengenal ruang dan waktu tapi batu itu ada dalam pikiran. Setiap manusia juga
berbeda-beda dalam menembus ruang dan waktu, sehingga ruang dan waktu itu
berdimensi.
Metode dalam menembus
ruang dan waktu ada dalam pikiran subyeknya. Contoh : batu permata yang dipakai
di tangan kita. Batu tersebut dapat menembus ruang dan waktu karena menempel di
tangan. Agar kita mampu menembus ruang dan waktu, kita harus memahami tentang
fenomenologi, fundalisme dan anti-fundalisme.
1. Fenomenologi
Fenomenologi merupakan pikiran para biksu. Hal ini
paling banyak digunakan oleh orang matematika karena dasarnya adalah abstraksi
dan idealism. Abstraksi adalah memilih atau reduksi, sesuai dengan kodrat
manusia. Contoh : manusia dilahirkan dari seorang ibu yang telah dipilih. Selain
itu, manusia itu terbatas dan juga tidak adil. Ia tidak adil terhadap obyek
yang ada di belakang karena tidak bisa melihatnya, tidak adil terhadap apa yang
didengarkan. Oleh karena itu, manusia itu hidupnya reduksi, mulai menginjak
tanah yang mana, kapan ngerem, kenapa belok dan lain-lain. Hal itu merupakan
contoh dari reduksi yang kita lakukan. Ketika memikirkan sesuatu agar dapat
jernih, kita memasukkan hal-hal yang tidak seharusnya dipikirkan ke dalam rumah
epoke. Contoh : belajar mengenai bilangan, kita tidak perlu memikirkan lima
apel ditambah delapan jeruk, tapi hanya memikirkan nilainya saja. Yang kedua
adalah idelisme yang menganggap sesuatu itu sempurna.
2. Fundamentalisme
dan Anti-fundamentalisme
Semua makhluk beragama adalah kaum fundamental
karena menetapkan Tuhan sebagai kausa prima yaitu sebab dari segala sebab, tidak
ada sebab yang lain, sebab utama dan pertama. Selain itu karena mempunyai
fundamen atau permulaan. Seluruh kaum matematis merupakan kaum fundamental
karena membuat matematika dari definisi. Orang yang membangun keluarga juga
merupakan kaum fundamental dengan dasarnya ijab Kabul.hakekat manusia adalah
fundamen, tetapi hanya separuhnya karena semua manusi memiliki keterbatasan,
sebagian besar tidak mampu mengenali permulaan. Contoh : kapan dimulainya pagi,
siang atau malam? Sejak kapan dapat membedakan besar kecil? Tidak ada orang
yang bisa mengatakanya kapannya. Hal ini disebut dengan anti-fundamentalisme,
yang hanya menggunakan intuisi.
Apa yang disebut dengan 2? Jawabannya bermacam-macam,
ada bilangan prima, bilangan genap, hasil dari 3-1 dan lain-lain. Ini merupakan
jawaban yang salah karena kita tidak perlu mendefinisikan bilangan 2. Penyebab
dari permasalahan dalam pendidikan matematika adalah para calon guru seperti
kita ini yang kehilangan intuisinya. Maka manfaat dari belajar filsafat adalah
merebut kembali intuisi yang hilang, tidak perlu definisi karena sudah ada.
Penerapannya dalam kehidupan : aku adalah fundamen
karena setiap melakukan kegiatan dimulai dengan doa. Untuk berdoa dengan
khusyuk maka tangkap pikiran yang lain dan masukkan ke dalam rumah epoke. Orang
berdoa itu juga mempunyai sopan santun terhadap ruang dan waktu.
Dalam perkembangan perjalanan
filsafat sampai era Auguste Comte yang melahirkan ilmu telah banyak sekali
ruang yang diperoleh. Teknologi juga merupakan ruang, maka timbullah istilah-istilah
baru. Pacar atau teman dekat mempunyai lambing atau sandi sendiri dimana orang
lain tidak akan mengerti. Masing-masing orang mempunyai sandi sendiri. Sebagai
contohnya adalah orang Jawa Timur yang mempunyai bahasanya sendiri, orang luar
tidak dapat mengerti. Kata-kata baru yang muncul itu oleh orang yang mempunyai
otoritas. Contoh : Syahrini yang menciptakan istilah baru. Dalam kehidupan ini
kita harus memahami komunikasi, bagaimana kita dapat berkomunikasi dengan
orang-orang itu sangat penting.
0 comments:
Post a Comment